Bagi semua manusia yang masih bernafas.di setiap harinya pasti ada saat dimana manusia merasakan momen indah dalam hidupnya.
setelah sehari penuh menghabiskan waktu mencari Rejeki.saat raga telah mendapatkan haknya beristirahat.
kini tiba saatnya bagi jiwa menerima pemenuhan akan kebutuhanya.
Kala Mentari masih bersembunyi di balik gunung,burung-burung masih merasa enggan tuk bernyanyi.
sayup-sayup terdengar irama panggilan jiwa dari seraknya suara pak tua.yang.dengan nada bergetar selalu setia mengumandangkan Adzan dari Surau mungil di tengah desa
kami hamba yang lemah dalam ketaqwaan masih saja enggan beranjak dari pembaringan,
selimbut yang menyatu dengan badan seolah melapisi tubuh ini dengan dinginya embun pagi.
wajar tuhan menganggap tak tau diri,hawa nafsu dan hasrat keduniaan seolah membutakan mata dan hati .
kami seolah memelihara rasa malas untuk berbuat sebuah kebaikan,terlalu semangat mengejar pemenuhan hasrat keduniawian.
Padahal sejatinya semakin kau menjauhkan diri darinya,semakin berat dan tersesat jalan mu.
seandainya di dunia kau bisa hidup sejahtera hingga menganggap semua hanya hasil usaha mu semata,sampai kamu lupa akan adanya campur tanganya dari tuhanya,sebenarnya saat itu tuhan sedang menguji mu dengan kesenangan-kesenangan dunia semata,
Sementara bagi mereka yang tak ada usainya di dera derita serta kesusahan dalam hidupnya,
sebenarnya tuhan sedang mengujimu,mengukur tingkat ketaqwaanmu karena kamu manusia yang kuat dan Hebat serta tuhan sangat menyayangi mu.
yakinkan bahwa tak ada penyakit tanpa obatnya,hanya mungkin kini belum saatnya saja untuk bahagia menghampiri hidupmu.
Memaksakan diri membasuh wajah yang penuh dosa,dengan dinginya air wudhu,
meresapi udara dingin menusuk tulang.memutuskan rantai-rantai dan benalu yang dililitkan setan dan
Memaksakan diri untuk bersujud,
walau mata nan sayu masih saja mengajak terpejam,
setan-setan pantang menyerah seolah menarik seluruh anggota badan,mengelantungi kaki,menutupi telinga,memejakan kelopak mata,supaya sholat ini enggan untuk tegakan.
kami menyadari saat ini ibadah kami baru sampai tahapan pelaksanaan kewajiban saja atau mungkin hanya karena kami takut siska di alam sana semata.
bukan seperti mereka yang sudah menjadikan ibadah sebagai kebutuhan jiwa raganya,
dan hanya karena kecintaan terhadap sang pencifta lah yang selalu membuat mereka tergerak hatinya menyembah yang maha kuasa.
Sementara pak tua di surau.dengan kaki gemetar,ikhlas bersujud dan memuji keagungannya memasrahkan segenap jiwa dan raga kepada sang penciftanya.
.
setelah sehari penuh menghabiskan waktu mencari Rejeki.saat raga telah mendapatkan haknya beristirahat.
kini tiba saatnya bagi jiwa menerima pemenuhan akan kebutuhanya.
Kala Mentari masih bersembunyi di balik gunung,burung-burung masih merasa enggan tuk bernyanyi.
sayup-sayup terdengar irama panggilan jiwa dari seraknya suara pak tua.yang.dengan nada bergetar selalu setia mengumandangkan Adzan dari Surau mungil di tengah desa
kami hamba yang lemah dalam ketaqwaan masih saja enggan beranjak dari pembaringan,
selimbut yang menyatu dengan badan seolah melapisi tubuh ini dengan dinginya embun pagi.
wajar tuhan menganggap tak tau diri,hawa nafsu dan hasrat keduniaan seolah membutakan mata dan hati .
kami seolah memelihara rasa malas untuk berbuat sebuah kebaikan,terlalu semangat mengejar pemenuhan hasrat keduniawian.
Padahal sejatinya semakin kau menjauhkan diri darinya,semakin berat dan tersesat jalan mu.
seandainya di dunia kau bisa hidup sejahtera hingga menganggap semua hanya hasil usaha mu semata,sampai kamu lupa akan adanya campur tanganya dari tuhanya,sebenarnya saat itu tuhan sedang menguji mu dengan kesenangan-kesenangan dunia semata,
Sementara bagi mereka yang tak ada usainya di dera derita serta kesusahan dalam hidupnya,
sebenarnya tuhan sedang mengujimu,mengukur tingkat ketaqwaanmu karena kamu manusia yang kuat dan Hebat serta tuhan sangat menyayangi mu.
yakinkan bahwa tak ada penyakit tanpa obatnya,hanya mungkin kini belum saatnya saja untuk bahagia menghampiri hidupmu.
Memaksakan diri membasuh wajah yang penuh dosa,dengan dinginya air wudhu,
meresapi udara dingin menusuk tulang.memutuskan rantai-rantai dan benalu yang dililitkan setan dan
Memaksakan diri untuk bersujud,
walau mata nan sayu masih saja mengajak terpejam,
setan-setan pantang menyerah seolah menarik seluruh anggota badan,mengelantungi kaki,menutupi telinga,memejakan kelopak mata,supaya sholat ini enggan untuk tegakan.
kami menyadari saat ini ibadah kami baru sampai tahapan pelaksanaan kewajiban saja atau mungkin hanya karena kami takut siska di alam sana semata.
bukan seperti mereka yang sudah menjadikan ibadah sebagai kebutuhan jiwa raganya,
dan hanya karena kecintaan terhadap sang pencifta lah yang selalu membuat mereka tergerak hatinya menyembah yang maha kuasa.
Sementara pak tua di surau.dengan kaki gemetar,ikhlas bersujud dan memuji keagungannya memasrahkan segenap jiwa dan raga kepada sang penciftanya.
.
0 Response to "RENUNGAN SAAT FAJAR"
Posting Komentar