Blogroll

"TIKUS MATI DI LUMBUNG PADI"


Dalam artikel yang saya tulis kali ini 
akan menceritakan kisah kehidupan sebuah keluarga
yang karena kemiskinan terpaksa harus pergi meninggalkan anak-anaknya di desa.
meninggalkan kampung halamanya yang indah subur dan makmur
untuk mencari penghidupan di tanah perantaun yang sangat jauh dan asing bagi mereka.

Seperti kata pepatah yang mengatakan.

"TIKUS MATI DI LUMBUNG PADI"

Itulah perumpamaan yang paling tepat untuk menggambarkan kisah hidup sebuah keluarga yang harus hidup menderita di tanah syurga,
kisah ini akan bercerita tentang
  • Perjuangan seorang anak remaja dalam menjalani kehidupanya yang sangat berat tanpa kedua orang tuanya

  • Tentang seorang ibu yang terpaksa harus meninggalkan keluarganya merantau jauh ke negri orang  karena kemiskinanya.

  • Ayah yang seorang petani penghasil beras Harus kehilangan sawahnya,dan pada akhirnya harus kebingungan untuk memberi makan anak-anaknya,

  • Paman yang awalnya seorang pengusaha kecil,harus kehilangan usahanya karena persaingan

  • Bibi yang awalnya hidup berkecukupan akhinya terlilit hutang kepada lintah-lintah darat demi mempertahankan keberlangsungan hidupnya.

Kisah ini bermula di sebuah Dusun Kecil sudut Barat daya Negeri ku Indonesia Tercinta 

Terlihat riang gembira seorang anak lelaki remaja bejalan dengan tergesa-gesa,dengan wajah bahagia dan bibir yang tak henti hentinya di hiasi senyuman penuh kebanggaan. 
nampak di tangannya menggenggam erat secarik kertas berwarna putih yang di bawanya sepulang dia dari sekolah tadi

Dia melangkah menyusuri jalanan setapak di tengah pematang sawah yang luas terhampar dan menguning..
 burung-burung kecil pun terbang rendah hinggap dari batang padi yang satu kebatang padi yang lainya seolah ingin memuaskan rasa laparnya di tengah melimpahnya bulir-bulir padi 
Suara gemuruh air yang mengalir dari sungai,bagaikan suara tetabuhan yang mengiringi senandung lirih gadis-gadis desa yang bernyanyi,memuji keagungan dan keindahan alam ciftaan tuhan,dengan senyuman yang tak henti-hentinya selalu menghiasi bibir manis mereka.

Sesekali si remaja melonjati aliran jernih air sungai yang mengalir ke sawah-sawah milik petani.air yang terciprat lambat laun membasahi sepatunya yang terbuat dari kain,dan sudah tampak usang di makan waktu,sepatu yang menjadi teman yang setia menyertainya setiap hari untuk pergi kesekolah.

Terlebih bagi si anak remaja eloknya alam dan suasana meriah nyanyian burung-burung di rasakannya seperti riuhnya tepuk tangan dan ucapan selamat dari alam raya atas keberhasilan perjuanganya hari ini.
Dia berlari menuju sebuah rumah kecil nan sederhana terbuat dari tiang-tiang kayu 
dengan berlantaikan bilah-bilah bambu,dindingnya hanya terbuat bambu yang dianyam sedemikian rupa melindungi penghuni rumah dari terpaan angin dan sinar matahari.
sedangkan atap rumahnya terbuat dari anyaman daun  rumbia yang selalu setia memayungi walaupun sudah terlihat rapuh tergerus air hujan.

Rumah mungil itu terletak  di tepi hamparan sawah yang luas,di samping kanan rumah terdapat aliran jernih air sungai yang mengalir dari gunung dan menjadi sumber mata air bagi kehidupan seluruh warga desa,. 

Sesampainya di halaman  rumah dengan lantang si anak remaja berteriak penuh bahagia memanggil sang ibu,

ibu yang saat itu berada di dapur sedang meniup-niup bara api di tungku masak berbahan bakar ranting-ranting kayu,yang biasa ayah bawa sepulang dari sawah.
Seketika itu juga saat si anak remaja bertemu dengan ibunya dia langsung memeluk dengan penuh rasa bangga dan bahagia

''Ibu saya lulus sekolah bu"…!!! teriak si anak remaja kepada ibunya,

Ibu hanya mampu tersenyum bahagai bercampur haru,dari sudut matanya terlihat genangan air mata yang tak terbendung lagi menetes jatuh di pipinya 
melihat kebahagiaan anak pertamanya itu.

Di balik kebahagia yang dirasakan anak pertamanya
terselip gelisah dalam hati sang ibu.terbayang akan nasib keluarganya di hari esok
beban hidup akan semakin bertambah besar seiring bertambahnya kebutuhan biaya untuk menyekolahkan anaknya kejenjang lebih tinggi
belum lagi kebutuhan untuk biaya makan sehari-hari ditambah biaya dua anaknya yang lain.

getaran hati sang ibu untuk sementara hanya disimpan dalam hatinya sendiri tanpa di ketahui anaknya. 
dia takut hanya akan  merusak kebahagian anaknya jika mengetahui gundah dalam hatinya
Sementara itu dalam pelukan erat ibunya,dengan lirih dia berkata

"Ibu terimakasih telah mengajarkan saya tentang arti sebuah perjuangan dan rasa bersyukur"

Kemudian dia berlari ke arah halaman belakang rumah dimana ayahnya  biasanya berada disana.
ayah yang di temuinya di sana sedang berusaha memperbaiki cangkul yang sudah lepas dari gagangnya
dengan bahagia dia menerima pelukan anaknya dengan penuh kasih sayang.

si anak remaja akhirnya menangis dalam pelukannya ayahnya.sambil dia ceritakan kebahagian yang sedang di rasakannya,
dengan penuh rasa bangga
di memberitahukan ayahnya bahwa dia telah lulus sekolah.
sambil dia menyodorkan secarik kertas yang sudah mulai lusuh basah terkena keringat.

Kertas yang begitu berharga bagi si anak remaja itu ternyata berisi
”pengumuman nama-nama siswa yang di nyatakan lulus"Ujian Akhir  Nasional" Sekolah Lanjutan Tingkat  Pertama” (SLTP)

Selama ini memang si anak remaja bersekolah di salah satu sekolah milik pemerintah yang jarak tempuhnya sangat melelahkan karena terletak jauh dari desanya 
walau pun demikian dia tetap semangat untuk menyususuri jalanan setapak melalui sawah-sawah dan perkebunan walau hanya dengan berjalan kaki setiap harinya untuk berangkat menuju sekolah

ayah hanya mampu tersenyum sambil menepuk pundak anaknya yang masih memeluknya dengan erat dengan penuh rasa bahagia.

Tak berbeda dengan kegundahan yang di rasakan oleh istrinya.
si ayah pun merasakan hal yang sama,bahkan dia merasa lebih bersalah dan berdosa seandainya dia tak mampu menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi sudah pasti masa depan anaknya juga akan sesuram hidup yang di jalaninya saat ini 

Di sisi lain dia sadar dengan penghasilanya yang hanya sebagai petani 
yang tidak memiliki sawah yang luas mustahil baginya beserta keluarganya bisa hidup dengan sejahtera terlebih lagi untuk biaya menyekolahkan dan mewujudkan cita-cita anak pertamanya.



Hari hari berlalu setelah si anak remaja lulus dari sekolahnya
kini terasa ada yang berbeda yang di rasakan oleh si anak remaja.
tidak seperti hari-hari yang lalu pada saat dia masih bersekolah.dengan penuh semangat dia bangun pagi-pagi bersembahyang subuh dan belajar sejenak sebelum berangkat bersekolah

Masih terngiang ditelinga teriakan teman-temannya memanggil namanya,
mengajak untuk berangkat bersama-sama menuju sekolah walau pun hanya dengan berjalan kaki menyusuri pematang sawah serta padang rumput liar yang masih basah oleh embun pagi semua di jalani dengan penuh keceriaan.
tapi kini semuanya hanya tinggal menjadi kenangan indah yang tak akan terulang lagi

Dalam anganya mulai ada hasrat untuk Melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan selanjutnya 
seperti yang di lakukan kawan sebaya di kampungnya,
yang saat ini tengah sibuk menyiapkan berbagai persyaratan dan kelengkapan untuk mendaftar ke "Sekolah Menengah Atas" (SMA)
Tapi bagi si anak remaja keinginanya itu justru memicu pertempuran batin dan berkecamuk dalam hatinya. 

Di satu sisi dia sangat menginginkan untuk melanjutkan sekolah,seperti kawan-kawannya. karena jauh dalam lubuk hatinya dia ingin mengejar cita-cita mulianya yang sedari kecil di dambakan untuk menjadi seorang Dokter yang akan mengabdikan diri & profesinya untuk membantu umat manusia.
Sedangkan di sisi lain dia juga sadar tak mungkin untuk memaksakan keinginanya itu
karena dia sadar keinginanya itu hanya akan menambah beban hidup keluarganya semakin bertambah berat

Ataukah mungkin dia harus mengubur semua impiannya saja.
dengan membantu mencari nafkah sebisanya untuk membantu keluarga yang serba kekurangan.
apalagi masih ada dua orang adiknya yang masih butuh banyak biaya.
Atau mungkin dia titipkan saja cita-citanya kepada kedua adiknya,
dengan cara membiayai mereka sampai sukses dan mampu menjadi seorang dokter seperti keinginan dan cita-citanya.

Begitulah kecamuk dalam hati si anak remaja sehingga tak terasa dia menitikan air mata,tatapan matanya yang kosong tanpa harapan menerawang jauh menembus langit-langit kamarnya.tubuhnya kini yang mulai terlihat kurus,
dia baringkan di atas kasur lusuh di dalam kamar tidurnya yang sempit 
tempat dimana dia biasa tenggelam dalam lamunan-lamunannya.



Di suatu malam setelah selesai makan malam bersama.
berkumpulah mereka seluruh anggota keluarga kecil ini ruang tengah rumah mungil mereka dalam suasana temaramnya cahaya remang-remang ruangan,yang hanya di terangi lampu cempor kecil berbahan bakar minyak tanah,
maklum rumah mereka belum teraliri listrik sekalipun ada sang ayah merasa was-was dia takut tidak sanggup untuk bayar biaya tagihannya
.
Dalam suasana akrab dan hangat penuh canda serta tawa.
ibu rupanya memperhatikan kegundahan yang di rasakan anak remajanya 
yang nampak jelas terlihat dari tingkah laku serta guratan Ekspresi wajahnya,
dalam obrolan hangat meraka sekeluarga Sang ibu secara tiba-tiba memberanikan diri mengutarakan keinginan yang telah lama di pendamya.
untuk merantau keluar negri bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) 

ibu beralasan kepergianya merantau ke negeri orang untuk memperbaiki kehidupan keluarga dan wujudkan keinginannya menyekolahkan anak-anaknya,sampai semua anak-anaknya dapat meraih impian dan cita-citanya.
ibu mengataka kalau anaknya tak boleh bernasib sama seperti dia,
 tanpa pendidikan kehidupan ini akan suliat seperti yang saat ini mereka hadapi.

Sedangkan sang ayah sontak merasa kaget mendengar keinginan yang di utarakan istrinya itu dia pun sampai-sampai tak sadar mejatuhkan gelas berisi air kopi dari genggaman tangannya,
begitu pula ketiga anaknya terihat tertegun mendengar keinginan sang ibu.
bahkan si bungsu yang masih kecil dan manja kepada ibunya terus menerus menangis tersedu-sedu,
sedih membayangkan akan ditinggal jauh ibunya tercinta untuk waktu yang lama

Semua terdiam tanpa kata,yang terdengar hanya suara serangga dan binatang malam yang menyusup masuk kedalam keruangan melalui balik bilik bambu dari arah pesawahan belakang rumah mereka. 

Tapi tekad serta penjelasan sang ibu sangat bisa meyakinkan hati sang kepala keluarga dan ketiga anak-anaknya untuk memberikan restu atas keinginanya itu.
setelah lama terdiam Akhirnya mereka pun setuju mengijinkan ibu untuk melanjutkan niatnya


Permasalahan baru pun muncul,untuk bekerja ke luar negri bukan hal yang mudah dan gratis tanpa biaya sedikitpun tetapi membutuhkan biaya yang jumlahnya lumayan besar untuk ukuran ayah.

Berhari-hari ayah kesana-sini mecari pinjaman uang untuk membiayai istrinya,
sayangnya usaha ayah selama ini tidak membuahkan hasil.
Sampai pada akhirnya walau dengan berat hati ayah pun terpaksa merelakan untuk Menjual satu-satunya sawah yang merupakan harta yang paling berharga milik mereka.

Sawah yang di peroleh dari hasil warisan keluarganya,
sawah yang selama ini setia menghidupi keluarga mereka,dengan menghasilkan beras untuk kelangsungan hidup keluarganya,
 sawah yang menyimpan masa-masa penuh dengan kenangan dalam hidup ayah,
terutama Kenangan saat orang tua ayah masih hidup,yang setia mengejarinya cara bertani 
dan mereka juga selalu berpesan kepadanya 
"Rawatlah sawah ini dengan baik,ini adalah pusaka yang akan memberikan kesejahteraan padamu,

jagalah sawah ini sawah yang telah di wariskan turun-temurun dari para pendahulu keluarga kita jangan sampai berpindah tangan"
Hari-hari berlalu dan sawah milik ayah pun kini telah laku terjual berkat bantuan salah satu kerabat ayah yang menawarkan sawah ayah kepada orang orang kaya di kota besar.

Sawah ayah di beli oleh orang kaya dari kota,yang sengaja membelanjakan uangnya membeli untuk sawah milik petani di desa-desa dalam jumlah tidak sedikit,
banyak kabar beredar dari mulut-kemulut kalau pembeli sawah ayah adalah seorang pejabat.

Tapi ayah tidak mau ambil pusing dan tak perduli dengan isu-isu seperti itu,
walau pun ayah juga sempat merasa heran saat sertifikat tanah di buat/di balik namakan bukan atas nama pemilik uang tapi atas nama salah seorang sopir pribadinya.
ayah tau betul siapa sebenarnya pemilik nama yeng tertera di dokumen itu.
sebab si sopir itulah yang membantu saat pengukuran dan pengurusan akta jual beli sawah tsb.

 Dengan uang hasil penjualan sawah itulah ibu pun bisa melanjutkan keinginanya bekerja kelur negeri.
Setelah mendaftarkan diri ke perusahaan/agensi Penyalur Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI).
Untuk beberapa waktu ibu harus bersedia tinggal di asrama PJTKI tsb.
dan di tempat itu pula ibu mendapatkan pelatihan serta  keterampilan yang di butuhkan sebagai bekalnya bekerja di luar negeri,

disana ibu didik menjadi tenaga pembantu rumah tangga yang profesional.
maklumlah hanya jenis pekerjaan itu yang dianggap sesuai dengan latar belakang pendidikan ibu,di tambah ibu tidak memiliki keahlian khusus di bidang lainya

Saat-saat yang di nanti-nantikan itu pun tiba.
Ibu akhirnya diberangkat kan oleh agesinya ke sebuah negara yang masih bertetangga,
tanpa adanya keluarga yang mengantarnya ke bandara melepas keberangkatannya
Sesampainya di negeri yang asing itu.ibu pun di tempatkan bekerja di sebuah keluarga pengusaha yang kaya raya,
konon kata pembantu-pembantu lain yang telah lebih dulu bekerja di keluarga itu,
kalau kekayaan sang majikan hasil bisnis Majikanya yang hampir menguasi sendi-sendi perekonomian di negri tempat sang ibu di lahirkan,serta keluarganya kini berada.

Tetapi ibu tidak mau ambil pusing dengan semua itu di tambah ibu sama sekali tidak mengerti pengaruh apa yang di timbulkan oleh sang konglomerat terhadap kehidupan bangsanya,serta dampak yang di rasakan kepada keluarga dan saudara-saudaranya yang tinggal di desa-desa,

Dalam benak ibu hanya terpikirkan bekerja dan bekerja dengan penuh semangat demi keluarganya
upah dari jerih payah dan cucuran keringatnya di sini .pasti akan membuat keluarganya di desa bisa hidup dengan sejahtera. 

kadang terlintas dalam lamunanya.ibu selalu membayangkan bagai mana suasana anak-anaknya yang jauh disana
"di pagi hari yang cerah,mereka mengenakan seragam sekolah yang rapih-rapih serta baru saja di beli dengan uang hasil kerjanya di sini,mereka berangkat menuju sekolah dengan hati yang riang gembira tanpa harus merasa malu & minder apalagi harus pusing memikirkan biaya sekolahnya lagi.

Sementara itu di desa
Rumah kecil yang biasanya ceria kini terasa sepi tak lagi semarak tanpa adanya kehadiran sosok ibu yang sangat mereka sayangi.
yang selalu membawa kebahagiaan dan kedamaian setiap waktu dalam rumah kecil milik  mereka.

Ayah yang biasanya tiap pagi buta sudah terbangun,dan langsung bersiap-siap untuk berangkat kesawah dengan cangkul yang setia menemaninya untuk menggarap sawah,
Setelah sebelumnya terlebih dulu menikmati ubi rebus dan segelas kopi hangat sebagai menu sarapan pagi yang biasa di hidangkan istrinya ketika masih bersama denganya.

Tetapi kini semuanya telah berubah ayah merasa kebingungan harus melakukan apa,
sebab kini tak ada lagi sawah untuk digarapnya dan
tak berguna lagi cangkul setianya yang biasanya setiap hari di gunakan mencangkul lumpur demi lumpur di sawah mereka sendiri .
kini tak ada lagi ubi rebus dan segelas kopi hangat yang biasa di hidangkan istrinya di pagi hari.

kesedihan ini tak jarang membuat ayah mengis sedih tanpa sepengetahuan anak-anaknya.
kesedihan ayah akan jika ayah melihat si bungsu yang selalu menangisi ketiadaan ibunya.
Namun di hadapan anak-anaknya ayah selalu berusaha tampil dengan tegar dan selalu memberikan semangat kepada semua anaknya

Karena ayah sudah tak memiliki sawah untuk di garapnya lagi,
dengan terpaksa Untuk sekedar menyambung hidup sekeluarga ayah bekerja kini serabutan.
kadang menjadi kuli mencangkul di sawah milik tetangganya,
menjadi pemanjat pohon kelapa,dan pekerjaan yang apa saja yang penting keluarganya tetap bisa makan.

Uang hasil penjualan sawah ayah dulu sudah habis di pakai untuk biaya ibu saat berangkat menjadi TKW .dan sisanya telah habis digunakan untuk biaya anak remajanya melanjutkan sekolah ke tingkat SMA serta dan biaya kedua adiknya.
 
Dalam kebingungan yang tak terbendung lagi untuk menafkahi anak-anaknya,
ayah mendapat tawaran pekerjaan dari kerabat yang dulu membantu menjualkan sawah miliknya.
ayah ditawari untuk bekerja sebagai kuli bongkar-muat di salah satu gudang beras di kota besar.
karena ayah sangat membutuhkan pekerjaan akhirnya ayah pun menerima tawaran pekerjaan itu.

Tetapi timbul keraguan dalam hatinya,
jika dia pergi bagaimana nasib anak-anaknya di desa tanpa kehadiran kedua orang tuanya,
apakah sanggup anaknya yang pertama menjadi ibu sekaligus ayah yang melindungi kedua adiknya.

sebelum memutuskan untuk berangkat ke kota ayah terlebih dulu menitipkan anak-anaknya kepada adik perempuan atau sebatas hanya untuk sesekali waktu saja memperhatikan anak-anaknya
ayah pun sadar apabila dia menyuruh anak-anaknya tinggal bersama adik perempuanya itu hanya akan menambah beban bagi keluarga mereka.
Di hari yang telah di tentukan dengan berat hati ayah pun akhirnya pergi meninggalkan ketiga anaknya.

Sepeninggalan sang ayah bertambah pula beban kepada si remaja.
mau tak mau harus menjadi ibu sekaligus ayah untuk kedua adiknya.
si anak remaja seiring berjalanya waktu kini mulai terbiasa menggantikan tugas sang ibu,
setiap hari dia mengurus keperluan kedua adikaya seperti makan minum mencuci pakaian membersihkan rumah dan lain-lainya.

Rumah kecil itu kini makin terasa sepi sepeninggalan kedua orang tua mereka,
bagi si remaja tangguh ini menangis mengeluh dan patah semangat hanya akan menambah penderitaan tanpa bisa menyelesaikan masalah yang kini sedang di hadapinya,
Tapi untaian doa kepada tuhan serta selalu tabah dalam menjalani hidup.
adalah modal dia melalui segala cobaan dalam hidup ini

Hari-hari berlalu sang remaja kadang juga merasa cemas dengan nasib pendidikan serta keberlangsungan hidupanya serta kedua adik-adiknya
terlebih adiknya yang masih kecil  belum mengerti kesulitan yang sedang dialaminya saat ini.
beban pun semakin bertambah karena  sampai saat ini kiriman dari kedua  orang tuanya yang belum kunjung di terima,
sedangkan uang bekal dari ayah sebelum dia pergi ke kota sudah habis terpakai,dan
memang jumlahnya tak banyak itu pun hasil ayah meminjam dari tetangga.
Setiap hari dia mencari cara bagaimana bisa mendapatkan uang untuk biaya sekolah dan makan kedua adikya

dia pun teringat pada pamanya yang tinggal lumayan jauh dari desanya 
paman membuka usaha pembuatan alat-alat kebutuhan rumah tangga bersekala kecil dan masih di kelola sekelas usaha rumah tangga,
dia kemudian bekerja membantu pamanya sebisanya,dia tak mengharapkan dibayar dari hasil pekerjaanya,
dia hanya minta agar paman mau memberi makan dia dan kedua adiknya
 untuk beberapa waktu kedepan dia bisa bernapas lega karena keberadaan pamanya

Selama ini untuk menghasilkan produk-produknya paman hanya memakai alat yang sederhana bukan mesin-mesin canggih sehingga hasil produksinya pun tidak banyak yang di peroleh setiap harinya
Tetapi berkat usaha itu pula,dia bisa membuka lapangan pekerjaan kepada para tetangga di sekitar tempat usahanya

banyak orang bilang ke paman kalau mereka merasa berterimakasih,
karna keberadaan usaha paman di lingkungan tempat tinggal mereka,sangat membantu perekonomian warga desa.
Memang selama ini dalam menjalankan usahanya paman selalu melibatkan banyak orang,terutama para tetangganya,
bukan karena paman tidak sanggup mengelola usahanya sendirian,
tetapi paman cenderung lebih senang berbagi rejeki dengan sesama.

Saat ini usaha paman sedang kebagian banyak pesanan dari calon pembeli 
kebanyakan peminat produk-produk paman adalah warga desa golongan ekonomi lemah,
selain karena harga nya yang murah-meriah.pembeli juga bisa menawar harga barang-barang yang diminatinya. 
bahkan jika tak mampu membeli dengan sekali bayar paman biasa memberikan keringanan kepada para pembelinya dengan cara di cicil.
tapi hebatnya dengan harga yang tetap tanpa ada bunga cicilan

bahkan kadang paman tak segan untuk memberikan barang-barang hasil produksinya secara gratis jika paman melihat si pembeli itu memang membutuhkannya tetapi dia tidak mampu untuk membayarnya

Paman selalu menjalankan usahanya dengan prinsip kekeluargaan,dan saling berbagi.
Kunci dari keberhasilan usaha pamanya adalah saat ini karena.
Belum adanya persaingan usaha yang ketat,serta pasar tradisional tempat paman menjual barang-barang hasil produksinya masih terlindungi dari Dominasi oleh satu pihak yang memonopoli,

Hari-hari indah itu pun berlalu.seiring dengan silih bergantinya pemerintahan yang memimpin negeri ini.
berubah pula kebijakan ekonomi yang di putuskan para pemegang kekuasan.
yang secara tidak langsung membunuh usaha kecil paman.
cerita sukses usaha paman pun seiring berjalanya waktu kini mengalami keterpurukan berganti dengan kesedihan dan pada akhirnya usahanya pun benar-benar mengalami kebangkrutan.
Si remaja yang belum mengerti apa-apa selalu bertanya-tanya di dalam hatinya.
sebenarnya apa penyebab kebangkrutan usaha paman,
semua pertanyaan hanya dikubur dalam hatinya,karna sama sekali dia belum tau kenapa ini semua bisa terjadi?
semua pertanyaan segera itu terlupakan seketika setelah dia sadar kemana lagi dia harus mencari nafkah untuk biaya sekolah serta menghidupi kedua adiknya karena,
tak mungkin lagi bekerja pada sang paman yang kini sudah terpuruk,
jika dia tetap mengandalkan sang paman,itu hanya akan menambah beban paman semakin berat saja
Apalagi sempat terlihat beberapa kali pamannya mencoba untuk mengakhiri hidup,
dia tak sanggup menggung beban serta defresi akibat kebangkrutan usahanya
Saat bahagia  bagi ayah pun akhirnya tiba,setelah beberapa waktu lamanya bekerja
kini tiba saatnya dia kebagian jatah untuk libur bekerja.
di tambah dengan uang hasil kerja yang di kumpulkan ayah selama ini dirasa cukup 
Akhirnya Kesempatan itu pun di gunakan ayah untuk pulang ke kampung menengok ketiga anaknya setelah sekian lama dia tinggalkan.

di pundanknya terlihat ayah memanggul sekarung beras,yang dia belinya di gudang tempatnya bekerja,dengan uang hasil memeras keringat
memanggul karung demi karung beras dari dalam perut  kapal-kapal laut yang sangat besar untuk di simpan di gudang atau langsung di muat keatas bak mobil-mobil besar dan entah akan di bawa kemana.

Di tepi karung beras yang yang di panggulnya terlihat tulisan dengan bahasa asing yang ayah sendiri tidak tau apa arti tulisan itu.
memang mandor di tempat ayah bekerja pernah bilang kalau beras itu sengaja di datangkan dari luar negri bukan beras yang dihasilkan dari sawah di desa-desa di negeri ini

Didorong rasa penasaran yang mendalam,pernah suatu hari ayah bertanya kepada mandornya secara serius.kenapa negara kita harus membeli beras dari luar negri.
padahal di kampungnya sawah sangat luas dan subur 
kalau panen tiba tiba gabah yang di hasilkan selalu melimpah.
apalagi jika para petani di desa-desa  berikan modal yang memadai.alat-alat pertanian modern.apa negeri kita ini akan tetap kekurangan beras pak? 

tapi pak mandor yang di tanya tak pernah memberikan jawaban yang pasti,

Hingga saat ini semua pertanyaan itu tetap tersimpan di hati ayah dan
belum mendapatkan jawabannya pasti kenapa semua bisa terjadi.
.
Dari dalam kereta kelas ekonomi yang membawanya melaju.
ayah nampak tak sabar ingin segera sampai ke statsiun yang berada di kota kabupaten tempat dimana wilayah kapungnya berada,
setelah turun dari kereta dan menumpangi angkutan pedesaan.
Ayah selanjutnya meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki.sambil memanggul beras di pundaknya 
dia berjalan melintasi jalan setapak diantara kuningnya hamparan batang-batang padi.

Di sudut salah satu petak sawah langkahnya pun sejenak terhenti.dia kemudian meletkan karung beras yang di panggulnya .
Dia berdiri tertegun tanpa kata-kata,matanya tertuju pada hamparan sawah yang sedang menguning melambai tertiup angin,dengan iringan gemerincik air sungai yang jernih

Tanpa sadar suasana itu membuat ayah menangis penuh haru 
badanya bergetar dan seketika itu juga menjadi lemas tak berdaya.
matanya  memandang penuh haru sepetak sawah yang kini bukan miliknya lagi.
   
Sawah yang dulu menjadi harta satu-satunya dan sumber mata pencaharian yang di andalankan bagi keluarga mereka,
Sawah tempat dia bermandi keringat dan sinar matahari merawat tanaman padinya,
sawah tempat dia mengabdikan dirinya menjadi seorang petani yang bersahaja,
sawah yang setia menghasilkan beras untuk meberi makan dan menghidupi keluarganya,

Setelah sekian lama terhanyut dalam lamunannya,kini dia pun melanjutkan perjalanannya
memanggul kembali karung beras yang sejak tadi di letakannya,

Dari kejauhan nampak samar-samar bayangan rumah kecil milik keluarganya 
serta sayup terdengar suara anak-anaknya yang sedang bercanda di halaman rumah
Ayah pun kini mempercepat langkah kakinya rasanya sudah tak sabar lagi ingin memeluk dan melepas rindu kepada ketiga anak-anaknya.
Anak-anak yang mengetahui kehadiran sang ayah berlari menuju seorang yang sudah sekian lama tidak di jumpai dan sangat di rindukannya, 

Tangis pun seketika itu juga pecah di halaman rumah mereka.tangisan haru bercampur bahagia,terlebih si bungsu yang tak henti-hentinya menangis histeris dalam gendongan ayah seolah tak mau lagi jauh terpisahkan.

Ayah kemudian membuka bungkusan plastik yang di bawanya dari kota,bungkusan plastik berisi mainan bekas yang ayah beli saat ayah melintasi pasar loak di kota.
betapa senag perasaan kedua anaknya menerima oleh-oleh dari ayah,sekalipun oleh-oleh yang di berikan ayah hanya berupa mainan bekas,dan harganya tidak begitu mahal,
 tapi bagi anaknya apa yang ayah berikan adalah anugrah dan kebahagiaan

Sedangkan bagi si anak remaja kehadiran ayah hari ini,sejenak menghilangkan beban yang selama ini hanya di pikulnya sendirian,
dia banyak bercerita kepada ayahnya tentang kehidupan mereka sehari-hari di desa.
kegiatan dia di sekolahnya,dan dia juga mengadu ke ayah hal-hal yang kadang membuat dia kesal terhadap kedua adik-adiknya yang tak mau diataur. 

Setelah beberapa hari di desa melepas rindu bersama ketiga anaknya.tibalah saatnya ayah harus kembali ke kota untuk bekerja mengais rejeki kembali,
paman yang sudah kebingungan karena tidak memiliki penghasilan,setelah kini usaha yang di rintisnya sejak lama mengalami kebangkrutan.

paman pun akhirnya memutuskan untuk ikut bersama ayah ke kota,menjadi kuli di gudang beras tempat sang kaka selama ini bekerja.
agar tetap bisa menafkahi anak dan istrinya.
Hanya warung kecil usaha milik sang istri yang di andalankan untuk menghidupi anak & istrinya sepeninggalan paman bekerja ke kota.

Waktu pun tak terasa telah berlalu,hari kini telah berganti minggu dan bulan.

Hari-hari yang di lalui oleh ketiga anak desa itu.Terasa sulit tanpa adanya sosok kedua orang tua yang membimbing mereka,
kini mental mereka menjadi kuat karna keadaan yang terus memaksa mereka untuk terbiasa hidup mandiri,agar dapat bertahan dalam menjalani cobaan kehidupan ini.

Ibu yang  jauh di negeri orang sana.
sampai saat ini belum sekalipun kunjung memberi kabar apalagi kiriman uang untuk biaya hidup mereka bertiga di desa.
entah apa yang tengah terjadi dengan sang ibu disana
  
sang remaja dengan susah payah Akhirnya berhasil lulus juga dari sekolah SMA,nya
awalnya sempat dia mendaftarkan diri masuk ke sebuah Universitas milik pemerintah,
tapi dia batalkan niatnya,karena kondisi keuangan yang tidak memungkinkannya lagi.
Dengan berbekal ijazah dan cita-cita akan kehidupan yang lebih baik diapun ikut merantau ke kota mengikuti jejak ayahnya.


sedangkan kedua adiknya kini tinggal dengan sang bibi di desa.
Di kota besar bukan perkara mudah untuk mendapatkan pekerjaan yang di inginkan.
terlebih lagi dia belum memiliki keahlian dan pengalaman apa-apa di dunia kerja.
dengan berpakaian kemeja putih & celana hitam yang sudah mulai lusuh terkena debu jalanan,

dia setiap hari melangkahkan kakinya dari satu pabrik ke pabrik lainya.dari satu kantor kekantor lainya,menyodorkan map berwarna coklat berisi lamaran pekerjaan.
tapi sampai saat ini apa yang di harapkan selalu saja gagal diraihnya, 
bahkan kini setiap hari dia sudah akrab mendengar Kata "Tiada lowongan"

Untuk mengisi waktu di sela-sela selesai  mencari lowongan pekerjaan
bersama teman-teman yang baru di kenalnya selama mencari lowongan pekerjaan.
tanpa sepengetahuan ayahnya,mereka pun bekerja serabutan,mulai dari menjadi kuli di pasar,menjadi buruh bangunan,sesekali mereka juga mengamen di bus-bus kota.

semuanya di lakukan demi mendapatkan uang untuk biaya makan sehari-hari.
dia ingin meringankan beban ayahnya yang semakin sulit dengan keberaadan dia di sana.
walau pun ayah memang tak pernah merasa keberatan dengan kehadiran anaknya bersamanya.

Di rumah petak kecil yang berderet dan terletak tidak jauh dari pelabuhan.
disanalah  mereka tinggal.
rumah yang di kontrakan oleh pemiliknya seharga lima ratus ribu rupiah setiap bulanya,
mereka tinggal berhimpitan jauh dari kesan nyaman,tidak seperti rumah kecilnya yang jauh di kampung sana


suatu hari si anak remaja mendapatkan informasi dari tetangga sebelah rumah kontrakan tempat mereka tinggal.
bahwa di salah satu kantor sedang membuka banyak lowongn pekerjaan.
Tanpa menunggu lama dia langsung menunju ke alamat yang di berikan tetangganya itu 

sesampainya di kantor yang di tuju dia merasa sangat bahagia,
melihat banyaknya informasi lowongan pekerjaan di berbagai perusahaan,
dari sekian banyak perusahaan yang membutuhkan karyawan baru
ternyata ada salah satu perusahaan pernah dia datangi secara langsung untuk melamar pekerjaan ,tetapi di sana dia hanya mendapatkan jawaban "tidak ada lowongan"

 sempat dia keheranan kenapa justru di kantor ini bisa ada lowongan,untuk di pekerjakan di perusahaan itu. .

Rasa heranya dia kubur sementara,yang paling penting saat ini dia bisa bekerja.
tanpa menunggu lama dia langsung mendaftarkan diri,walaupun untuk mendaftar tidaklah gratis dengan alasan biaya administrasi dan lain-lain

Setelah beberapa hari menunggu akhirnya diapun mendapat panggilan kerja di kantor yang beberapa hari lalu di datangi.
Sebelum mulai bekerja dia terlebih dahulu harus mengisi dokumen berisi
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) atau yang biasanya di sebut Kontrak Kerja.
yang secara garis besarnya berisi kesiap bekerja dan di tempatkan di manapun
dengan batas waktu tertentu.dan dengan jumlah upah tertentu.
Kini dia baru menyadari mungkin inilah yang di namakan sistem kerja kontrak.
sedangkan kantor yang menerimanya bekerja merupakan out sourcing,
yang akan menyalurkan para karyawanya untuk bekerja di perusahaan-perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja.

Untuk Tiga bulan kedepan dia merasa tenang karna telah memiliki pekerjaan,tidak sia-sia semua usahanya selama ini,kesabaran dan pejuanganya mencari kerja kesana kemari kini di ganjar dengan di kabulkanya keinginannya untuk bisa bekerja.
 
Setelah semua persyaratan terpenuhi tibalah saatnya di pun di tempatkan bekerja 
di sebuah gudang peralatan rumah tangga yang merupakan cabang perusahaan asing,
gudang yang dulu pernah dia datangi saat melamar kerja,
tapi mereka sering memberitahukan kepada para pelamar kerja kalau di sana sedang tidak ada lowongan. 
Setiap hari dia semakin akrab dengan produk peralatan rumah tangga yang di datangkan dari luar negeri.
jika di lihat dari pungsinya barang barang itu  sangat sederhana sama dengan barang yang di produksi oleh pamanya di desa dulu,

Sejak itu dia pun teringat usaha pamannya yang memproduksi peralatan rumah tangga di kampungnya dulu yang sekarang sudah gulung tikar.
Pada akhirnya dia mendapat pun jawaban kenapa usaha pamanya di desa dahulu mengalami kebangkrutan,

Dia pun berpikir mungkinkah penyebabnya dari sini dari tempat dia bekerja?

apakah karena setiap hari gudang tempat dia bekerja mendistribusikan sekaligus menjual barang-barang kebutuhan rumah tangga yang sama dengan buatan paman.

barang-barang yang di datangkan dari luar negri itu pun di jual sampai  ke pasar-pasar di pelosok pedesan tempat dimana paman dulu menjual hasil produksinya.

yang membedakan produk paman dengan produk dari luar negri itu hanya dari segi warna,bentuk dan jumlah stock barang yang tersedia sangat banyak sampai membanjiri stok para pedagang.
Akibatnya  barang buatan paman kalah bersaing.
para pembeli pun lebih menyukai barang-barang dari luar negri  karena alasan-alasan tadi.
Dn pada akhirnya usaha kecil-kecilan paman pun bangkrut karena tak sanggup untuk bersaing di pasaran

Derita mungkin masih belum berakhir dalam kehidupan mereka,
Dari desa dia mendengar kabar kalau usaha warung bibi kini telah bangkrut .
bibi menceritakan kalau penyebab warung kecilnya bangkrut.
karena saat ini di kampung sudah banyak bertebaran Toko-toko Swalayan atau toko serba ada milik pengusaha bermodal besar.

para pembeli yang biasanya berbelanja di warung bibi kini berbondong-bondong pindah belanja ke toko serba ada tersebut.
sebab para pelanggan banyak di iming-imingi Promo potongan harga.serta 
pembeli merasa gengsi mereka akan naik kalau belanja di swalayan yang mewah itu.
ketimbang belanja di warung kampung

Akibat kebangkrutan yang di alaminya  

bibi kini sangat kesulitan untuk membiayai hidupnya dan dua keponakan yang di titipkan oleh kakanya,
untuk membeli beras dan kebutuhan hidup sehari-hari bibi kini sangat tergantung dari uang kiriman suaminya yang bekerja kota dan bantuan dari si anak remaja serta ayahnya.

Pernah suatu hari saat paman sakit di kota dan tak sanggup untuk bekerja,
akibatnya tidak ada uang yang bisa di kirimkan ke bibi di kampung.
ayah dan si anak remaja juga saat itu kebetulan sedang tidak memiliki uang.
karena sangat kebingungan bibi mencari pinjaman kesanan kemari,tetapi hasilnya nihil.
tak sepeser pun uang yang didapatkan.

Akhirnya bibi menerima tawaran dari seseorang,yang setiap hari berkeliling dari desa-kedesa untuk menawarkan pinjaman uang dengan persyaratan yang sangat mudah hanya bermodakan KTP.
bibi sebenarnya sadar kalau uang yang di pinjamkan orang itu bunganya sangat berat dan mengikat.
tapi apa boleh buat karena bibi sangat membutuhkan uang dan terdesak untuk membeli kebutuhan hidup dia pun akhirnya menerima tawaran dari orang itu.

Awalnya bibi dapat membayar cicilan hutangnya dengan lancar serta di rasakan nya sangat ringan,
tetapi sayangnya bibi terkena bujukan dan rayuan dari orang itu,
dengan dalih pemberian pinjaman untuk modal usaha membuka kembali warungnya,
dia pun tanpa berpikir panjang lagi,kembali berhutang dengan jumlah yang lebih besar.
malang tak bisa di cegah mujur tak dapat diraih.
modal warung dari hasil pinjaman itu kini telah habis karna memang warung bibi sepi pembeli

Karna kebingungan untuk membayar hutang-hutangnya serta menghinadari kejar penagih hutang yang setiap hari dia selalu mengejarnya,
akhirnya bibi pun pun terpikirkan untuk meminjam uang kembali kepada pemberi hutang yang lainya
bibi beralasan dengan cara itu mungkin untuk sementara dia bisa melunasi hutangnya kepada pemberi hutang  yang pertama dan terhindar dari kejaran para penagihnya.

Harapanya jika nanti uang kiriman dari suami dan kakak serta keponakanya telah di terimanya nanti akan bibi gunakan untuk melunasi semua hutang hutangnya

Pada akhirnya bibi justru malah terbelit hutang yang tiada akhirnya,
bibi membayar hutang dengan cara kembali berhutang
Ibarat pepatah"menyelesaikan masalah yang lama dengan masalah yang baru"
itulah Realita yang di alami bibi saat ini. 
  
Belum lagi usai derita bibinya
kabar buruk terdengar dari aparat pemerintah negeri ini yang mengabarkan berita duka,
ibu selama bekerja mengalami nasib kurang beruntung.
dia mengalami banyak perlakuan buruk dari keluarga majikan tempat dia bekerja.
Ibu akan pulang  dengan kondisi yang miris.
 

KENAPA SEMUA INI TERJADI...?
Kami menjadi kuli di negri sendiri
kami kelaparan di tanah yang katanya tanah syurga.dimana tongkat kayu pun bisa jadi tanaman.
kami tersiksa dan teraniaya di negri orang.
Sungguh ini sebuah ironi
Ayah

Karena kemiskinan yang di alami keluarganya 
dengan terpaksa menjual sawah warisan leluhurnya demi sebuah cita-cita untuk hidup lebih sejahtera,
sawah itu di jual kepada orang kaya.yang sedang kebingungan untuk menghabiskan uangnya.

Ayah akibat kehilangan sawah terpaksa tinggalkan profesi mulianya menjadi petani yang setia menghasilkan beras untuk keluarganya,bahkan bangsanya.
ayah terpaksa pergi ke kota tinggalkan keluarga dan desanya,
mencari uang untuk membeli beras dengan bekerja menjadi kuli yang memanggul karung demi karung berisi beras yang di datangkan dan di beli dari luar negeri.

IBU 
Karena kemiskinan yang di hadapinya 
dengan penuh keterpaksaan tinggalkan anak dan suami serta kampung halamanya  merantau ke negri orang
demi mengejar sebuah impian melepaskan diri dari kemiskinan.tetapi sayang nasib berkehendak lain terhadapnya.

ANAK 
 
Harus hidup sengsara karena kemiskinan yang memaksa kedua orang tuanya yang meninggalkan mereka demi sebuah cita-cita merubah nasib keluarga menjadi lebih baik.
dia harus menjadi ayah sekaligus ibu bagi kedua adiknya di usia remajanya.
dia berjuang sendiri sendiri pendidikanya demi keberlangsungan hidup kedua adiknya.
Tetapi setelah bekerja dia tak ubahnya seperti robot pekerja sajadia pakai tenaga hanya saat di butuhkan saja.
dia bekerja dalam waktu yang telah di tentukan batas akhirnya,dengan upah yamg telah di takar jumlahnya
 
PAMAN

Usaha kecil yang di rintisnya harus bangkrut karena ulah pengusaha bermodal besar yang memonopoli pasar,
mengakibatkan usaha kecil paman tak mampu untuk bersaing & bertahan.

BIBI

Usaha warung kecilnya bangkrut karna terhimpit toko swalayan yang menjamur ke pelosok-pelosok desa.
demi hidup akhirnya bibi terlilit hutang tak berujung pada para Rentenir yang bergentayangan dari desa-kedesa memberikan angin segar berujung bencana

 

 

 

 

 

0 Response to ""TIKUS MATI DI LUMBUNG PADI" "

Posting Komentar

wdcfawqafwef